"Adakalanya kita harus meringis kesakitan ada
kalanya hati kita berdarah, karena terhujam pedang kecemburuan dan ada
kalanya kita tertusuk duri tajam akan jalan yg kita lalui. Tapi
percayalah, bahwa Janji-Nya pasti Dia tepati. Apa itu kawan ? Tentang di
balik kesulitan ada kemudahan. Raih masa depanmu Raih esok cerahmu.
Gagal itu karena Tuhan sedang mencari bukti akan kesungguhanmu. Semangat
kawa...
n !! kau diberi hidup karena Tuhan Yakin,
hanya kaulah yg sanggup melewatinya."
Jika hanya melihat ke
belakang, hidup ini seperti pohon saja. Dahulu kita lahir ke dunia
dengan sebab dan cara yang selalu sama, sebab dan cara yang itu-itu
juga. Dimasa bocah kita bertemu layaknya cabang-cabang akar pohon yang
bertemu di pangkal pokok sang pohon. Kita lalui masa-masa kecil dan
masa-masa remaja kita bersama-sama, ibarat pokok pohon yang menjulang ke
atas.
Selepas masa remaja, beberapa dari kita mulai berpisah,
seperti dahan-dahan pohon, ada yang tumbuh ke kiri, ke kanan, ke depan,
ke belakang dan ke atas. Memasuki masa dewasa, saat kita sudah selesai
dengan pencarian jati diri, kita pun berpisah lagi, seperti
cabang-cabang yang berpisah pada sebuah dahan pohon. Ada yang ke kiri,
ke kanan, ke belakang, ke atas, ada juga yang patah. Setelah itu, kita
masih akan dan terus berpisah, seperti ranting-ranting yang meninggalkan
cabang pohon, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, ke atas, ada
pula yang gugur.
Semakin banyak waktu kita lewati, sadarlah
kita bahwa kita sudah tidak lagi bersama-sama sebagaimana kita di pokok
pohon dulu, sadarlah kita bahwa waktu terentang di belakang kita,
semakin kita tak lagi sama, semakin kita banyak berbeda.
Karena
waktu tak berhenti bekerja, pada akhirnya kita pun mendapati diri kira
seperti ujung sebuah ranting kering yang sendirian menuding lempang
kepada langit biru. Kita menunggu giliran untuk patah diterpa angin
perkasa dan jatuh ke tanah...Meskipun tujuan akhirnya sama, sebab dan
cara mati selalulah berbeda, dari yang mewah dan heroik samapai sama
sekali tak populer...
" Bubin Lantang_Kisah Langit Merah"
Hal. 148-149
Jika hanya melihat ke belakang, hidup ini seperti pohon saja. Dahulu kita lahir ke dunia dengan sebab dan cara yang selalu sama, sebab dan cara yang itu-itu juga. Dimasa bocah kita bertemu layaknya cabang-cabang akar pohon yang bertemu di pangkal pokok sang pohon. Kita lalui masa-masa kecil dan masa-masa remaja kita bersama-sama, ibarat pokok pohon yang menjulang ke atas.
Selepas masa remaja, beberapa dari kita mulai berpisah, seperti dahan-dahan pohon, ada yang tumbuh ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang dan ke atas. Memasuki masa dewasa, saat kita sudah selesai dengan pencarian jati diri, kita pun berpisah lagi, seperti cabang-cabang yang berpisah pada sebuah dahan pohon. Ada yang ke kiri, ke kanan, ke belakang, ke atas, ada juga yang patah. Setelah itu, kita masih akan dan terus berpisah, seperti ranting-ranting yang meninggalkan cabang pohon, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, ke atas, ada pula yang gugur.
Semakin banyak waktu kita lewati, sadarlah kita bahwa kita sudah tidak lagi bersama-sama sebagaimana kita di pokok pohon dulu, sadarlah kita bahwa waktu terentang di belakang kita, semakin kita tak lagi sama, semakin kita banyak berbeda.
Karena waktu tak berhenti bekerja, pada akhirnya kita pun mendapati diri kira seperti ujung sebuah ranting kering yang sendirian menuding lempang kepada langit biru. Kita menunggu giliran untuk patah diterpa angin perkasa dan jatuh ke tanah...Meskipun tujuan akhirnya sama, sebab dan cara mati selalulah berbeda, dari yang mewah dan heroik samapai sama sekali tak populer...
" Bubin Lantang_Kisah Langit Merah"
Hal. 148-149
0 komentar:
Posting Komentar